Alam Papua yang indah dengan segala keunikannya, telah termasyhur
sampai ke mancanegara. Stasiun TV SBS dari Korea pernah menayangkan
acara yang menampilkan Suku Korowai dari Papua yang hidup di dalam
hutan, menjalani hidup semi nomaden dan membangun rumah di atas pohon.
Namun, bagi kita orang Indonesia sendiri, belum banyak yang mengenal
Papua, selain dari informasi terbatas yang itupun jarang dibahas di
media.
1. Terbentuknya Papua
Menurut sebuah sumber,
pada mulanya Pulau Papua merupakan dasar Lautan Pasifik yang paling
dalam dan juga merupakan Lempeng Australia (Lempeng Sahul) yang berada
di bawah dasar Lautan Pasifik. Tetapi akibat adanya pertemuan/tumbukkan
lempeng antara lempeng benua Australia (Lempeng Sahul) dan lempeng
Samudera Pasifik sehingga terangkatnya lempeng Australia menjadi pulau
di bagian Utara Australia. Pertemuan/tumbukkan lempeng ini menyebabkan
terbentuknya gugusan Pegunungan Tengah dan gugusan pegunungan di wilayah
Kepala Burung. (Hamilton, 1979; Dow et al., 1988). Yang menarik, tanah
Papua tergolong masih “muda” sehingga proses tektonik pun masih terjadi
yang akan menyebabkan terjadinya gempa tektonik hingga saat ini.
2. Papua adalah “Laboratorium Bahasa”
The Crowd Voice
menyebutkan di Papua terdapat 268 bahasa daerah selain Bahasa Indonesia
yang digunakan dan dikembangkan oleh berbagai suku di sana. Hal inilah
yang membuat para peneliti di Amerika dan Eropa menyebut tanah Papua
sebagai laboratorium bahasa.
3. Orang Papua menyebut tanah kelahiran mereka sebagai “Nuu Waar”
Tidak banyak yang tahu, bahwa sebenarnya kata “PAPUA” dan “IRIAN”
tidak disukai oleh penduduk aslinya karena kedua kata tersebut mempunyai
arti yang kurang bagus. Mereka lebih suka disebut dengan sebutan NUU WAAR.
Nuu Waar adalah dua kata dari Bahasa Irarutu di kerajaan Nama Tota
Kaimana, yakni Nuu Eva. Nuu bermakna sinar, pancaran atau cahaya.
Sementara Waar dari kata Eva, yang makna pertamanya adalah ‘mengaku’
atau diterjemahkan dengan makna lebih dalam yang artinya ‘menyimpan
rahasia’. Dari bahasa Onim (Patipi) Nuu juga adalah cahaya. Waar artinya
perut besar yang keluar dari perut Ibu. Maka nama Nuu Waar artinya
negeri yang mengaku menyimpan atau memikul rahasia.
4. Sebagian besar orang Papua adalah pendatang
Meski wilayah Papua sangat luas, namun hanya 52% saja penduduknya yang
merupakan suku asli Papua, sisanya 48% dihuni oleh non-Papua yang
didominasi oleh suku dari Jawa dan Sulawesi. Papua Cloud
menyebut Papua memiliki lebih dari 250 suku yang memiliki keunikan
tersendiri yang membedakan mereka dari suku-suku lain yang ada di bagian
lain wilayah Indonesia. Suku-suku di Papua umumnya memiliki struktur
fisik yang kekar, berkulit gelap dan rambut keriting seperti suku-suku
yang ada di Benua Afrika. Diperkirakan mereka berasal dari daratan
Afrika sejak zaman es, ketika daratan Asia masih menyatu dengan
kepulauan-kepulauan di Asia.
Uniknya, ada suku asli Papua yang merupakan suku kanibal, misalnya
Suku Korowai. Seperti yang kita lihat di gambar, inilah pria dari Suku
Korowai yang membawa tengkorak manusia yang mereka makan.
5. Papua adalah satu-satunya wilayah Indonesia yang bersalju
Puncak Jaya
merupakan salah satu puncak gunung bersalju yang ada di perlintasan
garis khatulistiwa, selain pegunungan di Afrika dan Amerika Latin. Jika
dilihat dari udara, Puncak Jaya nampak seperti permadani hitam yang
diselimuti oleh tudung putih. Jika matahari sedang cerah, maka hamparan
salju tersebut akan memantulkan cahaya mentari yang menyilaukan.
Kandungan es di pegunungan ini diperkirakan mencapai 5 persen dari
cadangan es dunia yang berada di luar Benua Antartika.
Selain dikenal dengan nama Puncak Jaya, puncak tertinggi ini juga
terkenal dengan sebutan Carstensz Pyramide, atau Puncak Carstensz. Nama
tersebut diambil dari seorang petualang dari negeri Belanda, yakni Jan
Carstensz, yang pertama kali melihat adanya puncak gunung bersalju di
daerah tropis, tepatnya di Pulau Papua. Pengamatan tersebut dilakukan
oleh Jan Carstensz melalui sebuah kapal laut pada tahun 1623. Karena
belum bisa dibuktikan dengan pengamatan langsung, laporan itu dianggap
mengada-ada. Sebab, bagi orang Eropa, menemukan pegunungan bersalju di
tanah tropis adalah sesuatu yang hampir mustahil.
6. Orang Papua senang mengunyah pinang
Kesan kali pertama “menggauli” lingkungan sosial-budaya di Papua, seperti diceritakan seorang traveller,
hampir ditemui di setiap tempat terlihat orang mengunyah pinang, baik
usia tua, muda, bahkan anak-anak pun melakukan hal sama. Mengunyah
pinang, konon sebagai kebiasaan yang turun-temurun, bisa juga sebagai
ajang kebersamaan, saling memberi dan bisa merasakan sensasi tersendiri.
7. Jayapura sudah beberapa kali berganti nama
Jayapura, ibukota Papua, adalah ibukota propinsi yang terletak paling
timur Indonesia. Kota ini telah mengalami beberapa kali perubahan nama,
bahkan pernah diberitakan berganti nama menjadi Port Numbay. Sebelumnya nama kota ini adalah Numbai, Hollandia, Kotabaru dan Soekarnopura.
8. Papua adalah tanah bagi beragam fauna endemik yang tidak ditemukan di tempat manapun di dunia.
Selain fauna identitasnya yaitu Cenderawasih mati-kawat, Papua menjadi jadi habitat
bagi beragam fauna endemik termasuk kura-kura reimani, kasuari kerdil,
nuri sayap hitam, dan kanguru pohon mantel emas sebagaimana yang kita
lihat di gambar.
9. Kekayaan sumber daya alam Papua sangat luar biasa
Provinsi ini sangat kaya dengan berbagai potensi sumber daya alam.
Sektor pertambangannya sudah mampu memberikan kontribusi lebih dari 50%
perekonomian Papua, dengan tembaga, emas, minyak dan gas menempati
posisi dapat memberikan kontribusi ekonomi itu. Di bidang pertambangan,
provinsi ini memiliki potensi 2,5 miliar ton batuan biji emas dan
tembaga, semuanya terdapat di wilayah konsesi Freeport. Di samping itu,
masih terdapat beberapa potensi tambang lain seperti batu bara berjumlah
6,3 juta ton, barn gamping di atas areal seluas 190.000 ha, pasir
kuarsa seluas 75 ha dengan potensi hasil 21,5 juta ton, lempung sebanyak
1,2 jura ton, marmer sebanyak 350 juta ton, granit sebanyak 125 juta
ton dan hasil tambang lainnya seperti pasir besi, nikel dan krom.
10. Hotel Bintang Empat Pertama di Papua adalah Swiss-Belhotel Papua
Swiss-Belhotel Papua terletak hanya 45 menit dari Bandara Sentani dan
terletak di pusat kota Jayapura. Hotel ini telah menjadi pilihan bagi
di antara traveller yang berkunjung ke Papua.
Hotel ini berhadapan dengan Teluk Jotefa yang merupakan salah satu
tempat wisata terindah di Papua. Fasilitas Swiss-Belhotel meliputi pusat
bisnis, 4 meeting room, 1 ballroom, kolam renang, tempat fitness,
restoran utama “Cartenz Swiss CafĂ©” dan Matoa Lounge Bar yang berhadapan
dengan teluk Jotefa tersebut.
Para tamu dapat memilih dari 96 kamar yang semuanya dilengkapi dengan
atmosfir damai dan harmonis. Hotel ini menawarkan fasilitas rekreasi
yang menyenangkan seperti gym/fasilitas kebugaran, spa, olahraga air
(bermotor), kolam renang (luar ruangan), pijat untuk menjadikan
penginapan Anda tak terlupakan.
DIRUT BTN MARYONO KEMBALI JADI KETUA IKATAN ALUMNI UNDIP
BalasHapus